Perempuan yang Tak Menunggu Panggung: Kisah Stepi Anriani dari Ruang Sunyi ke Panggung Strategis Bangsa
Stepi Anriani: Dari Kelas Sederhana ke Panggung Intelijen Nasional
Di tengah dunia intelijen yang kerap identik dengan bayangan misteri dan dominasi laki-laki, nama Dr. Stepi Anriani, S.IP., M.Si. muncul sebagai sosok yang menembus batas-batas konvensional. Ia tidak hanya dikenal sebagai akademisi dan analis intelijen, tetapi juga sebagai perempuan Indonesia yang menegaskan bahwa ketajaman berpikir, kepekaan sosial, dan komitmen terhadap negara dapat menjadi kekuatan utama dalam membangun keamanan nasional.
Akar Kesederhanaan dan Semangat Belajar
Stepi Anriani lahir dari keluarga sederhana yang menanamkan nilai kejujuran, kerja keras, dan tanggung jawab sejak dini. Dalam lingkungan yang serba terbatas, ia tumbuh dengan rasa ingin tahu yang tinggi terhadap kehidupan sosial dan politik di sekitarnya. Sejak masa sekolah dasar, tanda-tanda kecerdasannya sudah terlihat. Ia selalu menonjol dalam prestasi akademik, tetapi lebih dari itu, ia dikenal karena rasa empatinya terhadap isu-isu kebangsaan dan ketertarikannya pada persoalan masyarakat.
Ketika banyak anak seusianya larut dalam rutinitas remaja, Stepi muda justru tenggelam dalam bacaan dan diskusi politik. Kecintaannya pada ilmu pemerintahan membawanya ke Universitas Padjadjaran (Unpad), tempat ia menempuh pendidikan sarjana di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Di kampus itu, bakat intelektualnya semakin berkembang. Ia meraih Juara 1 Karya Tulis Ilmiah Nasional bidang politik yang diselenggarakan oleh Yayasan Supersemar, sekaligus menerima penghargaan Satya Karya Adi Siswa Padjadjaran—prestasi yang menjadi pijakan awal karier ilmiahnya.
Jejak Akademik dan Dedikasi Ilmiah
Ketekunan akademik Stepi tidak berhenti di Unpad. Ia melanjutkan studi ke Universitas Indonesia (UI), mengambil program Kajian Stratejik Intelijen di tingkat pascasarjana dan lulus dengan predikat cum laude. Di kampus inilah ia memperdalam pemahaman tentang bagaimana keamanan nasional dibangun melalui analisis yang cermat, data yang akurat, dan kolaborasi antarinstansi.
Sebagai peneliti muda kala itu, Stepi menaruh perhatian besar terhadap isu-isu strategis seperti radikalisme, separatisme Papua, dan keamanan siber. Ia tidak sekadar membaca, tetapi turun langsung melakukan riset lapangan, bertemu masyarakat di wilayah-wilayah rawan konflik, dan menganalisis pola ancaman dengan pendekatan ilmiah. Penelitiannya tentang gerakan separatis dan kebijakan otonomi khusus Papua bahkan menjadi fondasi bagi disertasi doktoralnya di Fakultas Ilmu Administrasi UI, yang ia selesaikan dengan predikat Cum Laude. Karyanya menguraikan model collaborative governance untuk meredam gerakan separatis secara efektif, menunjukkan bahwa intelijen tidak hanya soal deteksi ancaman, tetapi juga seni membangun kepercayaan dan kolaborasi.
Melangkah ke Dunia Intelijen dan Kebijakan Strategis
Karier profesional Stepi Anriani berkembang pesat setelah lulus dari dunia akademik. Antara tahun 2011 hingga 2014, ia dipercaya menjadi Tenaga Ahli Komisi VII DPR RI, menangani isu energi, riset, dan lingkungan hidup. Dari sinilah ia mengenal bagaimana kebijakan publik bekerja dan bagaimana informasi strategis dapat membentuk arah negara.
Selanjutnya, langkah kakinya membawanya masuk ke jantung dunia pertahanan: Badan Intelijen Strategis (BAIS) TNI. Ia pernah menjabat sebagai Staf Khusus Kepala BAIS dan kemudian Wakil Kepala BAIS TNI, posisi yang jarang diisi oleh seorang perempuan. Dalam lembaga ini, Stepi mengembangkan pendekatan analisis kebijakan pertahanan dan strategi keamanan nasional berbasis kolaborasi lintas lembaga.
Dedikasinya membuatnya dipercaya oleh berbagai lembaga strategis negara — dari BNPT, BIN, hingga Polri. Ia bahkan pernah menjadi Staf Khusus Panglima TNI dan Staf Khusus Kepala BIN, menunjukkan kepercayaan yang besar terhadap kapasitas intelektual dan integritasnya.
Dosen dan Pemimpin di Dunia Akademik Intelijen
Meski terjun dalam dunia kebijakan dan strategi, Stepi tidak pernah meninggalkan ranah pendidikan. Ia menjadi dosen tetap di Sekolah Tinggi Intelijen Negara (STIN) sejak 2016, mengajar mata kuliah tentang analisis intelijen, keamanan nasional, dan politik pertahanan. Ia sering pula menjadi dosen tamu di berbagai lembaga seperti Universitas Indonesia, Seskoad, Sesko TNI, hingga Polri, dengan reputasi sebagai pengajar yang tegas, visioner, dan inspiratif.
Kiprah akademiknya kemudian berkembang ketika ia mendirikan lembaga think tank Intelligence and National Security Studies (INSS) pada tahun 2023. Lembaga ini berfokus pada riset, edukasi, dan pengembangan kapasitas profesional di bidang keamanan nasional. Tak berhenti di situ, tahun berikutnya ia meluncurkan Satria Siber, wadah riset dan literasi digital yang memperkuat ketahanan siber nasional — sebuah langkah strategis di tengah meningkatnya ancaman siber global.
Menulis, Menganalisis, dan Menginspirasi
Selain sebagai analis, Stepi juga dikenal sebagai penulis yang produktif. Bukunya yang berjudul “Intelijen dan Pilkada” (Gramedia, 2018) menjadi salah satu buku terlaris nasional, menegaskan kemampuannya menyajikan ilmu intelijen dalam bahasa yang komunikatif dan relevan. Ia juga aktif menulis di berbagai jurnal internasional, termasuk penelitian tentang “Women’s Role Repositioning in Security Sector” dan “Collaborative Governance in Eliminating Papua Separatist Movement.”
Tulisan-tulisannya menunjukkan keseimbangan antara analisis tajam dan nilai kemanusiaan. Ia percaya bahwa intelijen bukan sekadar menjaga negara dari ancaman, tetapi juga membangun masyarakat yang sadar akan arti keamanan.
Dari Ilmu ke Pengabdian
Melihat rekam jejaknya, Stepi Anriani bukan sekadar akademisi yang berteori. Ia adalah pelaku nyata yang mengubah wajah dunia intelijen Indonesia dari dalam. Setiap langkah kariernya menunjukkan satu benang merah: intelijen adalah kerja kolaboratif, bukan kompetisi; ia adalah seni membaca masa depan untuk menjaga masa kini.
Dalam berbagai forum publik, ia kerap menekankan pentingnya membangun budaya berpikir strategis di kalangan generasi muda. Ia mengingatkan bahwa cinta tanah air harus diimbangi dengan kecerdasan membaca dinamika global — pesan yang ia sampaikan bukan hanya lewat kata-kata, tapi lewat teladan.
Warisan dari Perjalanan
Kini, ketika namanya tercatat sebagai Staf Khusus Kepala BIN dan pemimpin lembaga kajian nasional, kisah hidup Stepi Anriani menjadi cermin bagi banyak perempuan muda Indonesia. Dari ruang kelas sederhana hingga ruang-ruang pengambilan keputusan negara, ia membuktikan bahwa kecerdasan, keberanian, dan dedikasi dapat menembus batas apapun.
Perjalanannya bukan sekadar kisah karier, melainkan potret evolusi seorang intelektual yang tumbuh dalam semangat cinta tanah air. Dalam sosoknya, publik melihat bagaimana seorang perempuan bisa menjadi bagian integral dari keamanan nasional — bukan karena keistimewaan gender, tetapi karena keunggulan kemampuan dan komitmen.
Komentar
Posting Komentar