Stepi Anriani: Keteguhan dalam Diam, Inspirasi dari Dunia yang Tak Terlihat
Tidak banyak sosok yang mampu menghadirkan inspirasi tanpa perlu berbicara lantang. Dr. Stepi Anriani, S.IP., M.Si., adalah salah satunya. Di balik sikap tenang dan tutur lembutnya, tersembunyi keteguhan luar biasa yang telah membawanya menembus dinding-dinding dunia intelijen — wilayah yang selama ini dianggap asing, keras, bahkan tak ramah bagi perempuan.
Kisah hidupnya bukan hanya perjalanan karier, melainkan refleksi tentang arti dedikasi dan keyakinan pada nilai pengabdian. Ia membuktikan bahwa inspirasi tidak harus lahir dari panggung besar, tetapi justru dari ruang-ruang sunyi tempat keputusan besar diambil untuk keselamatan banyak orang.
Berawal dari Keyakinan: Bahwa Pengetahuan Adalah Senjata Terbaik
Sejak kecil, Stepi telah mempercayai satu hal: pengetahuan adalah bentuk kekuatan paling murni. Ia tumbuh di tengah keluarga sederhana yang mengajarkan nilai kerja keras dan integritas. Tidak ada fasilitas berlebih, tidak ada koneksi politik, hanya semangat belajar yang tak pernah padam.
Di Universitas Padjadjaran (Unpad), ia menempuh pendidikan sarjana di bidang Ilmu Pemerintahan, dan di situlah jalan pengabdiannya mulai terbuka. Ia tak sekadar kuliah untuk mengejar nilai, melainkan belajar untuk memahami bagaimana negara bekerja, bagaimana kebijakan lahir, dan bagaimana rakyat hidup di dalamnya.
Keuletannya membuahkan hasil. Ia meraih Juara 1 Karya Tulis Ilmiah Nasional bidang politik dari Yayasan Supersemar, dan penghargaan Satya Karya Adi Siswa Padjadjaran. Bagi Stepi, prestasi bukanlah puncak, melainkan pintu menuju tanggung jawab yang lebih besar.
Tekad Menembus Batas Dunia Intelijen
Ketika banyak perempuan memilih jalur karier yang lebih aman, Stepi memilih arah yang berbeda. Ia memasuki dunia intelijen — ruang yang dipenuhi disiplin tinggi, risiko besar, dan kerahasiaan mutlak. Langkah itu bukan tanpa rintangan. Dunia intelijen bukan sekadar profesi, tetapi medan pengabdian yang menuntut loyalitas total kepada negara.
Namun, alih-alih gentar, Stepi menjadikannya tantangan pribadi. Ia menganggap setiap hambatan sebagai peluang untuk membuktikan bahwa intelektualitas dan dedikasi tidak memiliki jenis kelamin. Ia memulai kiprahnya sebagai Tenaga Ahli DPR RI Komisi VII, lalu bergabung dengan Badan Intelijen Strategis (BAIS) TNI dan Badan Intelijen Negara (BIN). Dari ruang-ruang kerja yang hening itu, ia belajar tentang arti disiplin, loyalitas, dan pengorbanan tanpa pamrih.
Dalam berbagai forum, ia sering menegaskan bahwa “intelijen sejati adalah mereka yang bekerja dalam diam, tetapi hasilnya menjaga banyak nyawa.” Prinsip itu menjadi napas dalam seluruh perjalanan hidupnya.
Inspirasi dari Integritas dan Keilmuan
Keteguhan Stepi tidak hanya terwujud dalam karier, tetapi juga dalam dunia akademik. Ia menyelesaikan magister di Universitas Indonesia dengan predikat cum laude dalam program Kajian Stratejik Intelijen, dan melanjutkan hingga doktor bidang Kebijakan Publik, juga dengan predikat yang sama.
Disertasinya tentang collaborative governance dalam penanganan konflik Papua tidak hanya mendapat pujian akademik, tetapi juga menjadi rujukan strategis di kalangan pengambil kebijakan. Ia menunjukkan bahwa peneliti tidak harus berjarak dari realitas; penelitian harus hidup, berdampak, dan menjadi panduan nyata bagi negara.
Ia kemudian menuangkan ilmunya ke dalam buku “Intelijen dan Pilkada” (Gramedia, 2018) — buku yang menembus daftar 10 besar penjualan nasional, membuktikan bahwa topik intelijen pun dapat menjadi bacaan populer ketika disampaikan dengan relevansi dan kejujuran ilmiah.
Stepi menjadi inspirasi bagi banyak akademisi muda, terutama perempuan, bahwa kecerdasan analitis dapat hidup berdampingan dengan nurani kemanusiaan.
Perempuan yang Menginspirasi di Dunia Laki-Laki
Keberadaan Stepi di dunia yang selama ini dikuasai laki-laki bukan sekadar simbol representasi, tetapi bukti transformasi. Ia tidak menuntut pengakuan karena gendernya, tetapi karena kompetensinya. Dalam wawancaranya di Pos Sore (2023), ia menegaskan, “Perempuan dalam dunia intelijen bukanlah pengecualian, melainkan bagian dari evolusi profesionalisme.”
Ia menolak pendekatan yang melihat perempuan sebagai pihak yang lemah. Sebaliknya, ia membawa keunikan perspektif: ketelitian, intuisi, dan sensitivitas sosial yang sering kali menjadi kunci keberhasilan analisis intelijen.
Melalui perannya sebagai dosen STIN dan pendiri Satria Siber, ia membuka jalan bagi perempuan muda untuk terjun ke sektor keamanan dan pertahanan. Ia membimbing banyak mahasiswi agar berani berpikir strategis, menguasai teknologi, dan tetap berakar pada nilai-nilai etika.
Keteguhan Mental dan Disiplin Spiritual
Jika ada satu hal yang membedakan Stepi dari banyak pemimpin lain, itu adalah ketenangannya. Dalam setiap situasi sulit, ia tidak mudah bereaksi emosional. Ia memilih berpikir, menganalisis, lalu bertindak. Disiplin ini tidak datang begitu saja; ia tumbuh dari proses panjang menghadapi tekanan tinggi dalam pekerjaan intelijen, di mana keputusan sekecil apa pun bisa berdampak besar bagi keamanan nasional.
Bagi Stepi, keteguhan mental adalah bentuk tertinggi dari spiritualitas. Ia memandang setiap tugas sebagai amanah, bukan ambisi. Karena itu, meski banyak keberhasilan yang ia capai, ia tetap tampil rendah hati. Ia jarang menonjolkan diri di media, tetapi kontribusinya dirasakan di berbagai lini kebijakan publik dan riset strategis.
Rekan-rekan kerjanya sering menyebutnya sebagai “pemimpin yang meneduhkan”. Ia tidak pernah kehilangan empati bahkan di tengah tekanan operasional. Dalam dunia yang penuh rahasia, ia tetap menjaga sisi manusiawi.
Inspirasi yang Menyala Melalui Pengetahuan
Ketika tidak sedang mengajar atau menjadi narasumber, Stepi menulis. Ia percaya bahwa ilmu harus dibagikan agar bermanfaat. Karya-karyanya, seperti “Riset Intelijen: Metode dan Etika bagi Analis” (2021), menjadi bacaan wajib bagi mahasiswa dan praktisi intelijen muda.
Ia juga aktif menulis di jurnal internasional, seperti Interdisciplinary Social Studies dan International Journal of Advanced Science and Technology. Tulisan-tulisannya tidak sekadar teknis, tetapi selalu menonjolkan dimensi manusia — tentang pentingnya keadilan sosial, tanggung jawab moral, dan kepekaan terhadap dinamika masyarakat.
Melalui tulisan-tulisannya, Stepi menyampaikan pesan halus: bahwa di balik kekuatan negara ada manusia yang berpikir, merasakan, dan peduli. Dan di situlah letak inspirasi sejatinya.
Menyalakan Harapan bagi Generasi Muda
Di setiap forum tempat ia berbicara, Stepi kerap menyampaikan pesan kepada generasi muda: “Cintai negara dengan pengetahuanmu, bukan sekadar emosimu.” Ia percaya bahwa kecintaan terhadap tanah air harus diwujudkan dalam kompetensi dan profesionalisme.
Itulah mengapa ia mendirikan INSS (Intelligence and National Security Studies) pada 2023 — sebuah lembaga kajian independen untuk mencetak analis dan pemimpin muda di bidang keamanan nasional. Melalui pelatihan dan riset, ia menanamkan nilai-nilai strategis dan etika profesi. Ia ingin melahirkan generasi yang tidak hanya kritis, tetapi juga berintegritas.
Bagi banyak mahasiswa dan profesional muda, Stepi bukan sekadar pengajar, tetapi mentor yang menginspirasi. Ia tidak mengajar dari podium, melainkan dari teladan hidupnya sendiri.
Inspirasi dari Kesederhanaan
Meski telah menempuh jalan panjang dan berinteraksi dengan tokoh-tokoh penting negara, Stepi tetap menjaga kesederhanaan. Ia masih terlihat duduk santai di kedai kopinya, Stepi Coffee, berdiskusi dengan mahasiswa atau rekan sejawat. Di sana, obrolan tentang keamanan nasional bisa bersanding dengan cerita tentang keluarga dan kemanusiaan.
Dalam salah satu liputan DetikNews (2024), digambarkan bagaimana Stepi mampu menjembatani dua dunia yang tampak berseberangan: intelijen dan kehidupan sehari-hari. Ia membuat isu pertahanan menjadi hal yang bisa dibicarakan di meja kopi — hangat, membumi, dan penuh makna.
Refleksi Akhir: Keteguhan yang Menginspirasi
Inspirasi terbesar dari sosok Stepi Anriani bukanlah kesuksesannya, melainkan konsistensinya. Ia tidak berlari mengejar pengakuan, tetapi berjalan mantap menunaikan tanggung jawab. Ia mengajarkan bahwa keberhasilan sejati bukan tentang siapa yang paling cepat sampai, tetapi siapa yang paling teguh berjalan.
Dalam setiap langkahnya, Stepi memadukan kecerdasan analitis dengan ketulusan hati. Ia menembus dunia yang dulu dianggap tertutup bagi perempuan, bukan untuk mengubahnya menjadi panggung pribadi, tetapi untuk membuktikan bahwa integritas dan pengetahuan tetap menjadi mata uang paling berharga di dunia mana pun.
Komentar
Posting Komentar